Navigasi

Melestarikan Alam Indonesia Dengan Mitigasi Kebakaran Hutan

Teman-teman sudah pernah pergi ke hutan belum? Bisa jadi sampai usia sekarang ini ada yang belum tahu hutan itu seperti apa. Saya sendiri pun baru tahu penampakan sebuah hutan pada tahun 2018. Itu pun karena merantau ke suatu tempat yang ada kawasan hutannya. Berarti kalau tidak merantau, saya juga belum tahu tempat yang sering disebut hutan ini.

Hutan Sumatera


Seperti apa sih hutan itu? Apakah hutan itu indah seperti yang sering mampir di beranda media sosial kita? Menurut saya, hutan itu memang indah sekaligus menyimpan misteri. Waduh, kok bisa, ya! Bisa dong kalau kamu sudah berada di sana. Ada sensasi yang sering membuat tanda tanya di hati dan pikiran. 

Keunikan Sebuah Hutan

Bila kita memasuki area hutan, suasana sedikit berubah. Mulai dari memasuki mulut hutan sampai berjalan di dalamnya. Ada ketakjuban saat melihat keindahan alam di dalamnya.

Ketakjuban itu tidak bisa dielakkan. Berkali-kali saya mengucapkan tahmid 'subhanallah' ketika menjumpai sesuatu yang unik, seperti ketikan bertemu flora yang tidak pernah saya temukan di sekitar saya, kecuali di sana. Flora seperti anggrek spesies yang tumbuh subur di pohon-pohon besar dan tinggi dengan diameter batang -+1 meter, keladian yang berada di atas tanah, juga pakis-pakisan dengan berbagai macam bentuk yang unik. Semua keindahan langka itu masih terkenang dalam ingatan saya.

Anggrek spesies hutan sumatera

Semakin ke dalam, semakin banyak hal-hal yang bisa kita temukan. Mungkin kita akan bertemu dengan hewan buas di antara timbunnya dedaunan liar itu. Siapa tahu. Mungkin ada mata yang mengintai dari kejauhan saat kita memasuki hutan. Dapat dipastikan bahwa makin ke dalam, flora seperti anggrek spesies warnanya tampak lebih cantik dan memesona mata.

Keberadaan flora dan fauna di hutan adalah keindahan yang sekaligus parameter masih baikkah sebuah hutan. Makin beragam flora dan fauna di sana bisa diartikan hutan itu masih lestari. Sebaliknya, sedikitnya flora dan fauna yang tinggal di sana seharusnya membuat kita berhati-hati dengan keadaan alam di sekitar. Bisa jadi, hutan itu sedang terancam.


Hutan Indonesia dan Kelestariannya

Hutan di Indonesia umumnya adalah jenis hutan hujan tropis yang merupakan hutan dengan pohon-pohon tinggi dan iklim yang hangat. Selain itu, hutan hujan tropis biasanya memiliki curah hujan yang tinggi dan memiliki musim kering yang pendek, yaitu lebih dari 1200 mm per tahun.

Hutan hujan tropis

Hutan Indonesia memiliki banyak sekali kekayaan alam seperti flora dan fauna yang ada di dalamnya. Flora dan fauna yang beragam dipengaruhi oleh banyak faktor fisik, yaitu curah hujan, garis lintang, dan ketinggian. Kekayaan alam hutan Indonesia sudah diakui oleh negara luar bahkan banyak turis atau peneliti yang sudah berkunjung ke Indonesia hanya untuk melihat lebih dekat hutan kita.

Orang luar saja mengagumi hutan kita, lalu mengapa masih banyak di antara kita yang berbuat kerusakan pada hutan. Buktinya, banyak fauna seperti rusa diburu, harimau diperdagangkan, anggrek spesies diambil habis dari habitatnya. Padahal kelestarian flora dan fauna itu tetap menjadi tolok ukur kelestarian kehidupan manusia. Kepunahan suatu spesies flora dan fauna menunjukkan bahwa hutan kita tidak baik-baik saja.

Jadi, sayang banget bila ada yang melakukan perusakan di hutan. Perusakan hutan berarti telah merusak keindahan alam. Dikutip dari okezone.com bahwa berdasarkan suatu analisis yang dilakukan oleh situs Inggris money.co.uk dengan laporan yang bertajuk “Natural Beauty Report”, Indonesia dinobatkan sebagai negara terindah di dunia. Hal ini berdasarkan tujuh faktor, yaitu keberadaan gunung berapi, pegunungan, terumbu karang, kawasan lindung, garis pantai, hutan hujan, dan gletser.

Hutan daratan dan hutan perairan

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melaporkan, total luas kawasan hutan di Indonesia mencapai 125,76 juta hektare (ha), daratan seluas 120,47 juta ha dan hutan perairan dengan luas 5,32 juta ha pada 2022 atau setara dengan 62,97% luas daratan Indonesia yang sebesar 191,36 juta ha.

Keberadaan hutan hujan tropis Indonesia merupakan hutan hujan ketiga terluas dan punya keragaman hayati kedua terbesar di dunia setelah Amazon. Masya Allah, kekayaan alam yang sepatutnya kita syukuri, bukan? Menjaga kelestarian hutan hujan tropis tidaklah mudah. Di lapangan, kebakaran hutan hujan tropis sering sekali terjadi di Indonesia.

Fakta Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia

Hutan yang menjadi habitat flora dan fauna suatu daerah sangat penting untuk dijaga. Namun, faktanya, kawasan hutan sering diporakporandakan oleh oknum untuk suatu kepentingan. Banyak kawasan hutan dijadikan area perkebunan. Fakta itu terjadi di sekitar kita.

Data kebakaran hutan Indonesia

Realita seperti itu terjadi di desa rantauan saya dulu. Sejauh mata memandang, tanaman kopi terhampar di area kawasan hutan. Dari kejauhan sebagian kawasan hutan cagar alam terlihat gundul. Melihat kenyataan seperti itu, hati siapa yang tak terenyuh. Apalagi saat melihat kepulan asap membumbung ke langit.

Benar, kebakaran hutan untuk membuka lahan menjadi kawasan perkebunan itu memang nyata adanya. Demi keuntungan, para oknum berani melakukannya padahal sudah jelas bahwa kawasan hutan itu tidak boleh digunakan sebagai lahan perkebunan. Kenyataannya, masih saja banyak orang yang berani melanggar aturan itu. Meskipun celah untuk melakukannya terlihat sempit, toh masih saja para oknum itu berhasil mendapatkan tujuannya.

Demi satu tujuan, habitat flora dan fauna terganggu akibat kebakaran hutan. Wajar saja jika banyak fauna yang seharusnya tinggal di dalam hutan memasuki pemukiman penduduk untuk mencari makan. Ini terjadi karena rumah yang mereka tempati terganggu. Itu sering terjadi di desa perantauan saya dulu.

Selain itu sebagai tempat tinggal berbagai macam flora dan fauna, akar-akar pohon yang ada di hutan dapat mengikat tanah dan menyerap air untuk mencegah banjir. Penebangan pohon di hutan tanpa memikirkan akibatnya akan sangat merugikan manusia dan satwa-satwa di sana.

Berkali-kali terdengar fauna menyapa penduduk sehingga membuat kekacauan di sana. Bahkan di beberapa daerah,  fauna tertentu membuat penduduk mati atau celaka. Apakah hal yang seperti ini tidak pernah dipikirkan para oknum tersebut?

Sebenarnya bila para oknum itu memahami manfaat hutan dan perlunya menjaga kelestariannya, saya yakin tidak akan ada yang berani melakukan perbuatan seperti itu. Bahkan kebakaran hutan dan pembukaan lahan akan membuat banyak warga sengsara. Mulai dari dampak yang dirasakan langsung atau dampak yang bertahun-tahun dirasakan oleh semua makhluk di bumi.

Dampak Kebakaran Hutan dan Lahan

Kelestarian hutan harus dijaga oleh semua masyarakat, termasuk aparat yang diamanahkan bertugas di sana. Polisi hutan yang diterjunkan ke lapangan dapat menjadi pengingat oknum untuk tidak berbuat kerusakan di hutan seperti pembukaan lahan perkebunan di hutan.

Dampak kerusakan hutan bagi manusia

Pembukaan lahan yang sering awali dengan pembakaran hutan dapat memberi dampak buruk bagi masyarakat di sekitar dan iklim dunia. Banyaknya karbondioksida yang terlepas di alam menjadi pemicu pemanasan global. Bila hutan telah terbakar, siapa lagi yang bisa mencegah berbagai musibah yang akan terjadi kepada manusia?

Kerusakan alam akibat pembakaran hutan ini akan berdampak negatif kepada manusia. Hal itu wajar saja terjadi. Hutan dengan rimbunnya pepohonan di dalamnya dan berfungsi sebagai penyaring udara yang kotor telah hilang. Ke mana lagi udara kotor akan pergi?

Udara-udara kotor itu akan berembus ke mana-mana dan sangat mungkin menghampiri rumah-rumah penduduk. Teringat kejadian di 2019, kebakaran hutan di Kalimantan dan Sumatera menyebabkan berbagai penyakit di masyarakat. Penyakit yang paling banyak adalah penyakit yang berhubungan dengan paru-paru seperti Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Bukan hanya itu, kebakaran hutan dan lahan ini bisa mempengaruhi perubahan iklim secara global atau global warming. Suhu udara di bumi naik sehingga menyebabkan kita tidak lagi merasa nyaman tinggal di bumi. Iklim di bumi tidak lagi bisa diprediksi dan berlanjut pada terjadinya berbagai macam bencana, seperti bencana banjir dan longsor.

Penduduk kota memang tidak memiliki hutan dan di sana pun tidak terjadi kebakaran. Namun, dampak dari kebakaran hutan dan lahan di wilayah lain akan berimbas pada penduduk kota. Sehingga yang mereka rasakan adalah suhu udara semakin panas dan keadaan musim yang tidak bisa diprediksi.

Upaya Mengatasi kebakaran Hutan dan Lahan

Kebakaran hutan dan lahan memberi dampak negatif bagi keberlangsungan ekosistem flora dan fauna di hutan. Oleh karena itu harus ada upaya agar ekosistem hutan tetap terjaga. Kebakaran paling besar terjadi pada tahun 2015 dan tahun 2019 telah membakar sekitar 2,6 juta dan 1,6 juta hektare hutan dan lahan yang ada di Indonesia, termasuk kebakaran area gambut.

Upaya mengatasi kebakaran hutan dari berbagai pihak

Oleh karena kita sudah tahu dampak buruk dari kebakaran hutan dan lahan, maka ada beberapa solusi untuk mengatasi masalah ini. Pertama, lakukan upaya mitigasi sebelum terjadinya kebakaran hutan dan lahan. Upaya ini bisa dilakukan oleh aparat pemerintah seperti polisi hutan kepada warga yang berada di sekitar kawasan. Beri mereka pengarahan bagaimana cara mencegah kebakaran.

Kedua, bertindak tegas terhadap oknum yang menyebabkan kebakaran hutan dan lahan tersebut. Bila perlu, beri sanksi yang tegas dan membuat efek jera. Buat dan laksanakan peraturan khusus tentang kebakaran atau pengrusakan hutan.

Ketiga, mengusahakan area hutan gambut tetap basah karena kekeringan akan menyebabkan kebakaran. Beri pemahaman warga tentang penggunaan area gambut yang benar sehingga area itu bermanfaat dan tidak terbakar bila kemarau panjang.

Keempat, mengajarkan masyarakat bagaimana mengatasi bila kebakaran terjadi. Selain itu, masyarakat juga diberi tahu bagaimana menjaga diri dan kesehatan bila dampak kebakaran hutan dan lahan mengenai mereka.

Tidak ada hal yang ampuh untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan ini kecuali melakukan upaya pencegahan atau mitigasi kebakaran hutan. Kebakaran hutan yang hanya akan menyisakan kerusakan alam. Kerusakan alam akan menyebabkan bencana bagi manusia. Bukan hanya yang bertempat tinggal di kawasan itu, tetapi bisa meluas ke daerah lain.

Tidak ada kata lain, kita dan seluruh lapisan masyarakat harus bergerak berkesinambungan untuk menjaga hutan dan lahan serta melestarikan alam Indonesia. Kita perlu membantu hutan kita tetap lestari, seperti tidak merusak hutan itu sendiri.

Tak perlu hal besar yang bisa untuk berperan dalam menjaga hutan dan lahan. #UntukmuBumiku menjelang hari kemerdekaan RI, kita bisa mengerakkan jemari kita untuk mengingatkan kepada masyarakat agar tidak melakukan penebangan secara liar, tidak berburu flora dan fauna yang dilindungi, dan jika perlu kita bisa menanam pohon di area hutan atau lahan yang gundul.

Quote menjaga hutan agar tetap lestari

Saya yakin bila kita melakukannya bersama dengan niat menjaga alam, maka di masa yang akan datang, kita akan merasakan dampak baiknya. Seperti kata pepatah, berakit-rakit ke hulu, berrenang-renang ke tepian. Bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian. Yuk #BersamaBergerakBerdaya menjaga hutan!


Referensi:

Putra, Oriz Anugedah, dkk. Waspada Kerentanan Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2022. https://pantaugambut.id/publikasi/waspada-kerentanan-kebakaran-hutan-dan-lahan-tahun-2022

Revina, Bunga. 22 Agustus 2022. Suatu Kebanggaan, Indonesia Dinobatkan Sebagai Negara Paling Indah di Dunia. https://highend-magazine.okezone.com/amp/suatu-kebanggaan-indonesia-dinobatkan-sebagai-negara-paling-indah-di-dunia-45e5gm

Widi, Shilvina. 2 Januari 2023.Luas Kawasan Hutan Indonesia Mencapai 125,76 Juta Hektare. https://dataindonesia.id/agribisnis-kehutanan/detail/luas-kawasan-hutan-indonesia-mencapai-12576-juta-hektare.

24 Oktober 2018. Anugerah dari Hutan Indonesia. Indonesia.go.id

Resume Tesisku

 

RESUME TESIS

Penerapan Metode Pembelajaran Simulasi dalam Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerita Siswa Kelas IV SDIT Al Furqon Palembang

Oleh: Meliana Aryuni

 

 

            Materi menulis cerita sebenarnya sudah diperkenalkan dari kelas I. Ini menunjukkan bahwa pelajaran menulis cerita merupakan pelajaran yang penting dikuasai siswa. Dalam kenyataannya, ketika ditugaskan menulis cerita siswa kelas IV Ibnu Umar SDIT Al Furqon Palembang cenderung bermalas-malasan. Nilai menulis cerita siswa cenderung rendah, yaitu di bawah nilai KKM (7). Tulisan yang diperoleh tidak dimengerti dan kurang sistematis. Salah satu penyebabnya adalah pembelajaran menulis cerita dianggap siswa sebagai pembelajaran yang monoton.

            Untuk mengatasi masalah tersebut, dipilihlah alternatif metode pembelajaran menulis cerita, yaitu dengan metode pembelajaran simulasi. Penelitian ini hendak mengetahui peningkatan kemampuan menulis siswa kelas IV SDIT Al Furqon Palembang melalui metode simulasi pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dengan metode simulasi ini dilakukan mulai dari pemunculan gagasan, pengembangan gagasan, penulisan, dan penyajian cerita. Metode ini diharapkan dapat membuat suasana kelas menjadi lebih hidup dan menyenangkan sehingga siswa lebih aktif dan kreatif dalam menulis cerita.

             Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode tindakan kelas dengan 2 siklus. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, angket, tes, dan dokumentasi. Teknik analisis datanya dengan mendeskripsikan wawancara guru dengan angket, dan hasil profil penilaian menulis setiap siswa, serta penilaian pada deskriptor observasi tingkah laku yang tampak pada kedua siklus.

            Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan dalam kemampuan menulis cerita dengan menggunakan metode pembelajaran simulasi pada siswa kelas IV SDIT Al Furqon Palembang. Pada siklus I, ketuntasan pembelajaran 39,3% yang menunjukkan peningkatan 17,88% dari hasil pretes, sedangkan pada siklus II meningkat menjadi 78,6%. Ada peningkatan sebanyak 39,3% dari hasil tes siklus I.

 

 

Surat Cintaku Untukmu, Wahai Diri

  Foto oleh John-Mark/pexels.com Untukmu diriku di Bumi Allah Dear diriku, Apa kabarmu, wahai diriku? Apakah kau masih setia kepadaku? Apaka...