Navigasi

Surat Cintaku Untukmu, Wahai Diri

 

Surat cintaku
Foto oleh John-Mark/pexels.com

Untukmu diriku

di

Bumi Allah


Dear diriku,


Apa kabarmu, wahai diriku? Apakah kau masih setia kepadaku? Apakah selama kau menemaniku, kau merasa kesal kepadaku? Sepertinya aku sering melakukan kesalahan yang mungkin membuatmu kesal.


Wahai diriku,

Maafkan aku jika hampir setengah abad ini aku belum bisa maksimal menjadi teman dalam menjalani kehidupan ini. Aku sering lalai akan hakmu. Aku kadang lupa untuk menyenangkan dirimu.

Aku tahu kau mungkin lelah karena tingkahku. Aku yang tidak memikirkan dirimu. Yang terlalu cueks saat kau merasa sekujur tubuhmu merasakan sakit, bahumu terasa linu hingga ketika kau memeras pakaian, kudengar rintihan darimu. Maafkan aku yang tidak peduli dengan hal itu.


Dulu, aku menjadi perusakmu. Dengan seenaknya aku memasukkan banyaknya cabai ke dalam tubuhmu hanya untuk menyenangkan diriku. Ternyata, asam lambungku naik karenanya. Namun, aku tidak kapok dan melakukannya lagi dan lagi. Aku tahu, kau pasti tersiksa akan tindakanku itu. Aku tahu kau pasti tidak nyaman dengan yang kau alami ini.


Sebab ulahku itu, kau tidak nyaman tidur, air matamu terus mengalir karena menahan sakit di perutmu, bahkan seharian kau hanya berbaring. Padahal pakaian kotor sudah menumpuk, piring kotor masih belum dicuci, baju bersih belum dilipat, dan rumah masih berantakan. Yang lebih menyedihkan, kau harus memikirkan ketiga buah hatimu. Apakah mereka sudah mandi, makan? Makan apa mereka? Aku tahu kau sangat memikirkan hal itu.


Wahai diriku,

Maafkan aku yang tidak memberi jeda waktu bagimu untuk beristirahat sehingga tubuhmu sakit. Aku tahu pekerjaan yang kau lakukan tidak ada habisnya. Pernah kau berkata,"Tak apa, anak-anak masih kecil. Aku yang harus kuat melakukan semuanya." Oh, aku merasa bersalah. Bebanmu terasa berat sekali.


Ramadan ini kau merasa bahagia. Senyum semringah sering kulihat pada dirimu. Kau senang saat bertemu dengan teman-temanmu dalam pengajian. Kau merasa bersemangat untuk mengkhatamkan Al Quran sebulan ini. Kau telah bertekad akan melakukannya. Juga tekadmu untuk berkisah tentang sejarah kehidupan rosulullah saw. selama sebulan ini bersama putra-putrimu.


Wahai diriku, 

Teruslah merasa senang karena hidup ini akan terus berlanjut sampai kita akan terpisah oleh kematian. Namun, aku dan kamu harus ingat bahwa diriku bahwa semua yang kita lakukan di dunia ini akan diminta pertanggungjawaban dari Allah swt. 


Oh, andaikan dulu aku memahami kondisimu, mungkin kau tidak terlalu sering minta pijat. Aku malah cuek saat kita terjatuh dari motor. Seharusnya aku bersegera menyembuhkan luka akibat kejadian itu. Nyatanya tidak. Saat itu aku terlalu takut akan rasa sakit itu. Sekarang, aku baru merasakan dampaknya dalam menjalani hidup ini. Namun begitu, kau tetap setia dan terus bersamaku hingga saat ini. 


Wahai diriku,

Terima kasih atas semua dedikasimu yang telah menemaniku selama hampir setengah abad ini. Terima kasih kau tidak pergi karena kesalahan dan kelalaian yang sering aku lakukan. Terima kasih atas semua baktimu padaku.


Maafkan semua kesalahanku kepadamu. Aku berharap aku bisa memperbaiki kesalahan dan kelalaianku padamu. Semoga Allah juga mengampuni kesalahanku itu. Aku berusaha akan menjadi manusia yang lebih baik lagi. Insya Allah, Ramadan 1445 H kali ini ada yang bisa kuperbaiki untuk menembus kesalahanku itu.


Yang menyayangimu,


Aku 

3 komentar:

  1. Saya juga sering merasakan dulu pelarian stres akhirnya makan pedas2 dan berujung sakit lambung. Semoga mulai sekarang kita makin aware dan sayang sama diri sendiri ya mba, Aamiin…

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener, Mbak. Sekarang agak ngejaga. Kasihan anak-anak kalau kita sakit, ya, Mbak.

      Hapus
  2. Reminder banget buat kita semua agar mencintai diri sendiri dan lebih memperhatikan lagi ya mba. Terkadang Krn mikirnya tubuh pasti kuat, trus aja digojlok Ama kerjaan tanpa henti. Padahal tubuh udah capek, butuh istirahat.

    Kerjaan kita sebagai ibu memang ga ada habisnya. Tp kita juga berhak utk punya me time ☺️

    BalasHapus

Terima kasih telah berkunjung. Silakan berikan pendapatmu disini ya ^^

Fazzio di Hati, Keunggulannya Tidak Diragukan Lagi

Motor bukan lagi tentang seseorang itu memiliki uang atau tidak. Memiliki motor  sudah menjadi kebutuhan siapa saja pada masa kini, terutama...